dempoland
beauty land, green technology and outdoor activity
Sabtu, 22 Januari 2011
Rabu, 12 Januari 2011
Jumat, 24 Desember 2010
Etika Pendaki Gunung
Kegiatan seorang pecinta alam tidak terpisahkan dari lingkungan karena sebagian besar atau bahkan seluruh kegiatan pecinta alam berkaitan dengan lingkungan baik itu lingkungan hutan, gunung, gua, sungai, tebing dan lain-lain. Kegiatan tersebut merupakan wujud kedekatan seseorang dengan alam yang dicintainya.
Kegiatan kepecintaalaman tersebut pada masa sekarang ini merupakan suatu kegiatan yang cukup populer sehingga banyak orang yang ikut serta dan turut menggemarinya. Akan tetapi sekedar gemar saja tidak cukup. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kejadian semakin rusaknya alam akibat dari kegiatan yang mengatasnamakan kecintaannya terhadap alam dan juga terjadinya peristiwa-peristiwa kecelakaan pada saat kegiatan tersebut dilaksanakan, seperti misalnya pendakian gunung, penelusuran gua, arung jeram, panjat tebing dan lain-lain.
Kecelakaan ini bukanlah disebabkan alam yang kejam dan tidak terkuasai, tetapi lebih banyak tergantung pada para pecinta alam itu sendiri.
Demikianlah, kecintaalam tidak hanya menuntut minat dan semangat, namun juga yang terpenting adalah pengetahuan tentang alam dan lingkungannya, keter yang berupa perjalanan alam bebas atau ekspedisi tersebut, seorang pecinta alam harus membekali diri. Bekal tersebut berupa :
1. Mental. Seorang pecinta alam harus tabah menghadapi berbagai kesulitan di alam terbuka tidak mudah putus asa, dan berani. Berani dalam arti sanggup menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan kemudian mengatasinya dengan cara bijaksana dan benar mengakui keterbatasan kemampuan yang dimilikinya.
2. Teknik hidup alam bebas. Meliputi tali temali, PPPK, Metoda komunikasi, perkemahan dan bivak, Navigasi Darat, Survival, Mountaineering, Penelusuran Gua, Penelusuran Sungai dan SAR.
3. Fisik yang memadai. Karena kegiatan kepecintaalaman termasuk olahraga yang cukup berat dan seringkali tergantung kepada kemampuan fisik, maka setiap pecinta alam harus memiliki kemampuan fisik yang cukup kuat untuk menghadapi dan melaksanakan setiap kegiatan tersebut.
4. Etika. Seorang pecinta alam adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku. Dalam setiap tindakan, seorang pecinta alam diharapkan menghargai kaidah, hukum dan norma masyarakat itu. Demikian sehingga terdapat kode etik pecinta alam yang akan memberikan pedoman sikap pecinta alam.
5. Kesadaran konservasi. Dengan memiliki bekal ini, seorang pecinta alam seharusnya sadar bahwa alam bukan hanya untuk dimanfaatkan demi kepentingan pribadi. Tetapi lebih dari itu, dia dituntut untuk mengutamakan perlindungan dan pelestariannya.
Etika Berkelana di Rimba Raya
Lokasi rimba raya yang menjadi sasaran kegiatan berkelana biasanya jauh dari tempat pemukiman. Rimba raya di Indonesia terwujud dalam berbagai bentuk ekosistem. Diantaranya adalah ekosistem hutan pegunungan, hutan berbukit-bukit, hutan dataran rendah, hutan savana, hutan pantai dan hutan tanah gambut. Sebaiknya kita tidak melakanakan perjalanan tanpa tujuan yang jelas dan persiapan perencanaan yang memadai. Agar rencana perjalanan berjalan dengan lancar, selamat dan sukses, terlebih dahulu harus diketahui hal-hal yang boleh dilakukan, hal-hal yang tidak boleh dilakukan, kemungkinan yang akan dihadapi, tindakan pada waktu tersesat, perlengkapan yang harus dibawa dan lain-lain.
Pengelana yang bertanggung jawab tidak akan melakukan :
· Menyalakan api secara tidak dikendalikan yang dapat menyebabkan kebakaran hutan
· Merusak tanda-tanda di lapangan, baik tanda-tanda lalu lintas, tanda larangan dan penjelasan tentang obyek-obyek
· Tidak merusak sarana dan prasarana wisata yang ada
· Tidak mengganggu unsur-unsur habitat dan satwa khas yang ada
· Tidak melakukan keisengan-keisengan yang dapat menyusahkan/mencelakakan orang lain (memasang petasan, jebakan dan lain-lain)
· Tidak membuat corat-coret pada pohon-pohon dan batu-batuan
· Menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang kurang terpuji (menurut norma agama dan adat istiadat)
· Tidak membuang sampah sembarangan, sedapat mungkin dibawa pulang
· Tidak melakukan perburuan satwa, apalagi yang dilindungi
· Tidak merusak tumbuhan dan batuan dengan coretan cat atau menorehnya dengan pisau
· Kurangi sedapat mungkin penebangan/pemotongan pohon dan belukar
· Pada keadaan darurat (tersesat, kecelakaan, perbekalan habis, dan lain-lain) jangan panik. Lakukan prosedur-prosedur yang diperlukan dan cari pertolongan secepatnya
Etika dalam Mendaki Gunung
Ketika anda memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju sebuah gunung, tentu anda seharusnya mempersiapkan segala sesuatunya secara matang, baik personil, logistik, perlengkapan maupun pengetahuan medan.
Ketika anda merencanakan untuk menaiki sebuah gunung yang cukup sulit, tentu anda juga akan menyiapkan tim yang ideal dan solid menurut anda, dan anda tahu betul kemampuannya. Perbekalan dan peralatan yang cukup juga situasi medan dan route yang akan anda lalui, kemudian anda siap untuk melakukan perjalanan.
Bahaya tentu saja akan selalu ada baik itu dari anda dan tim anda yang menyangkut kesiapan perlengkapan dan peralatan tim maupun pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tim dalam melakukan perjalanan. Bahaya dari luar akan selalu ada, tergantung kesiapan tim dan kesolidan tim dalam menghadapinya.
Mental akan sangat berpengaruh dalam perjalanan anda. Sejauh mana kemampuan leader dalam memimpin tim dan respect tim terhadap leader dengan segala keputusannya. Bagaimana sesama anggota tim saling mendukung dan membantu satu sama lain.
Demi keselamatan pengunjung dan kelestarian alam, pendaki hendaknya mematuhi kewajiban sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pendakian, calon pendaki diwajibkan melapor ke pos jaga terkahir, untuk dilihat apakah persyaratan pendakian telah dipenuhi atau belum
2. Pendaki juga diwajibkan melapor ke perangkat desa (terakhir) di rute perjalanan
3. Setelah pendakian, pendaki diwajibkan lapor ke pemberi ijin, untuk memastikan ada tidaknya pendaki yang telambat turun
4. Pendaki diwajibkan memperhatikan kebiasaan dan adat istiadat setempat (pakaian, hal-hal yang ditabukan dan lain-lain)
5. Bila terjadi musibah agar segera ke pos kehutanan dan atau aparat pemerintah setempat
6. Yakinkan bahwa bekas api unggun telah benar-benar padam sebelum ditinggalkan
7. Pendaki agar mempunyai asuransi kecelakaan diri
8. Larangan
Untuk berhasilnya suatu pendakian, agar diperhatikan larangan-larangan sebagai berikut:
· Dilarang keras membawa obor sebagai alat penerangan (pada pendakian malam hari), agar tercegah kebakaran. Sebagai gantinya dapat digunakan senter
· Dilarang membuang benda yang mengandung api (misalnya puntung rokok) selama pendakian
· Dilarang mempergunakan kayu untuk keperluan apapun (api unggun, masak, tongkat)
· Dilarang mengambil tumbuhan dan binatang, telur atau sarang apapun, terutama bila gunung yang didaki termasuk kawasan konservasi (cagar alam, taman nasional)
· Dilarang membuat kegaduhan (berbicara keras, membunyikan alat musik) yang dapat mengganggu kehidupan satwa dan pendaki lain
· Dilarang membuang sampah apapun (kertas, plastik, kaleng). Benda-benda tersebut harus diangkut kembali ke bawah
· Dilarang mencemari lingkungan, termasuk mencoret-coret batu, kulit/akar/daun pohon
· Dilarang melakukan tindakan apapun yang dapat mengganggu keaslian alam.
sumber : para pendaki gunung
Kegiatan kepecintaalaman tersebut pada masa sekarang ini merupakan suatu kegiatan yang cukup populer sehingga banyak orang yang ikut serta dan turut menggemarinya. Akan tetapi sekedar gemar saja tidak cukup. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kejadian semakin rusaknya alam akibat dari kegiatan yang mengatasnamakan kecintaannya terhadap alam dan juga terjadinya peristiwa-peristiwa kecelakaan pada saat kegiatan tersebut dilaksanakan, seperti misalnya pendakian gunung, penelusuran gua, arung jeram, panjat tebing dan lain-lain.
Kecelakaan ini bukanlah disebabkan alam yang kejam dan tidak terkuasai, tetapi lebih banyak tergantung pada para pecinta alam itu sendiri.
Demikianlah, kecintaalam tidak hanya menuntut minat dan semangat, namun juga yang terpenting adalah pengetahuan tentang alam dan lingkungannya, keter yang berupa perjalanan alam bebas atau ekspedisi tersebut, seorang pecinta alam harus membekali diri. Bekal tersebut berupa :
1. Mental. Seorang pecinta alam harus tabah menghadapi berbagai kesulitan di alam terbuka tidak mudah putus asa, dan berani. Berani dalam arti sanggup menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan kemudian mengatasinya dengan cara bijaksana dan benar mengakui keterbatasan kemampuan yang dimilikinya.
2. Teknik hidup alam bebas. Meliputi tali temali, PPPK, Metoda komunikasi, perkemahan dan bivak, Navigasi Darat, Survival, Mountaineering, Penelusuran Gua, Penelusuran Sungai dan SAR.
3. Fisik yang memadai. Karena kegiatan kepecintaalaman termasuk olahraga yang cukup berat dan seringkali tergantung kepada kemampuan fisik, maka setiap pecinta alam harus memiliki kemampuan fisik yang cukup kuat untuk menghadapi dan melaksanakan setiap kegiatan tersebut.
4. Etika. Seorang pecinta alam adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku. Dalam setiap tindakan, seorang pecinta alam diharapkan menghargai kaidah, hukum dan norma masyarakat itu. Demikian sehingga terdapat kode etik pecinta alam yang akan memberikan pedoman sikap pecinta alam.
5. Kesadaran konservasi. Dengan memiliki bekal ini, seorang pecinta alam seharusnya sadar bahwa alam bukan hanya untuk dimanfaatkan demi kepentingan pribadi. Tetapi lebih dari itu, dia dituntut untuk mengutamakan perlindungan dan pelestariannya.
Etika Berkelana di Rimba Raya
Lokasi rimba raya yang menjadi sasaran kegiatan berkelana biasanya jauh dari tempat pemukiman. Rimba raya di Indonesia terwujud dalam berbagai bentuk ekosistem. Diantaranya adalah ekosistem hutan pegunungan, hutan berbukit-bukit, hutan dataran rendah, hutan savana, hutan pantai dan hutan tanah gambut. Sebaiknya kita tidak melakanakan perjalanan tanpa tujuan yang jelas dan persiapan perencanaan yang memadai. Agar rencana perjalanan berjalan dengan lancar, selamat dan sukses, terlebih dahulu harus diketahui hal-hal yang boleh dilakukan, hal-hal yang tidak boleh dilakukan, kemungkinan yang akan dihadapi, tindakan pada waktu tersesat, perlengkapan yang harus dibawa dan lain-lain.
Pengelana yang bertanggung jawab tidak akan melakukan :
· Menyalakan api secara tidak dikendalikan yang dapat menyebabkan kebakaran hutan
· Merusak tanda-tanda di lapangan, baik tanda-tanda lalu lintas, tanda larangan dan penjelasan tentang obyek-obyek
· Tidak merusak sarana dan prasarana wisata yang ada
· Tidak mengganggu unsur-unsur habitat dan satwa khas yang ada
· Tidak melakukan keisengan-keisengan yang dapat menyusahkan/mencelakakan orang lain (memasang petasan, jebakan dan lain-lain)
· Tidak membuat corat-coret pada pohon-pohon dan batu-batuan
· Menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang kurang terpuji (menurut norma agama dan adat istiadat)
· Tidak membuang sampah sembarangan, sedapat mungkin dibawa pulang
· Tidak melakukan perburuan satwa, apalagi yang dilindungi
· Tidak merusak tumbuhan dan batuan dengan coretan cat atau menorehnya dengan pisau
· Kurangi sedapat mungkin penebangan/pemotongan pohon dan belukar
· Pada keadaan darurat (tersesat, kecelakaan, perbekalan habis, dan lain-lain) jangan panik. Lakukan prosedur-prosedur yang diperlukan dan cari pertolongan secepatnya
Etika dalam Mendaki Gunung
Ketika anda memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju sebuah gunung, tentu anda seharusnya mempersiapkan segala sesuatunya secara matang, baik personil, logistik, perlengkapan maupun pengetahuan medan.
Ketika anda merencanakan untuk menaiki sebuah gunung yang cukup sulit, tentu anda juga akan menyiapkan tim yang ideal dan solid menurut anda, dan anda tahu betul kemampuannya. Perbekalan dan peralatan yang cukup juga situasi medan dan route yang akan anda lalui, kemudian anda siap untuk melakukan perjalanan.
Bahaya tentu saja akan selalu ada baik itu dari anda dan tim anda yang menyangkut kesiapan perlengkapan dan peralatan tim maupun pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tim dalam melakukan perjalanan. Bahaya dari luar akan selalu ada, tergantung kesiapan tim dan kesolidan tim dalam menghadapinya.
Mental akan sangat berpengaruh dalam perjalanan anda. Sejauh mana kemampuan leader dalam memimpin tim dan respect tim terhadap leader dengan segala keputusannya. Bagaimana sesama anggota tim saling mendukung dan membantu satu sama lain.
Demi keselamatan pengunjung dan kelestarian alam, pendaki hendaknya mematuhi kewajiban sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pendakian, calon pendaki diwajibkan melapor ke pos jaga terkahir, untuk dilihat apakah persyaratan pendakian telah dipenuhi atau belum
2. Pendaki juga diwajibkan melapor ke perangkat desa (terakhir) di rute perjalanan
3. Setelah pendakian, pendaki diwajibkan lapor ke pemberi ijin, untuk memastikan ada tidaknya pendaki yang telambat turun
4. Pendaki diwajibkan memperhatikan kebiasaan dan adat istiadat setempat (pakaian, hal-hal yang ditabukan dan lain-lain)
5. Bila terjadi musibah agar segera ke pos kehutanan dan atau aparat pemerintah setempat
6. Yakinkan bahwa bekas api unggun telah benar-benar padam sebelum ditinggalkan
7. Pendaki agar mempunyai asuransi kecelakaan diri
8. Larangan
Untuk berhasilnya suatu pendakian, agar diperhatikan larangan-larangan sebagai berikut:
· Dilarang keras membawa obor sebagai alat penerangan (pada pendakian malam hari), agar tercegah kebakaran. Sebagai gantinya dapat digunakan senter
· Dilarang membuang benda yang mengandung api (misalnya puntung rokok) selama pendakian
· Dilarang mempergunakan kayu untuk keperluan apapun (api unggun, masak, tongkat)
· Dilarang mengambil tumbuhan dan binatang, telur atau sarang apapun, terutama bila gunung yang didaki termasuk kawasan konservasi (cagar alam, taman nasional)
· Dilarang membuat kegaduhan (berbicara keras, membunyikan alat musik) yang dapat mengganggu kehidupan satwa dan pendaki lain
· Dilarang membuang sampah apapun (kertas, plastik, kaleng). Benda-benda tersebut harus diangkut kembali ke bawah
· Dilarang mencemari lingkungan, termasuk mencoret-coret batu, kulit/akar/daun pohon
· Dilarang melakukan tindakan apapun yang dapat mengganggu keaslian alam.
sumber : para pendaki gunung
Rabu, 22 Desember 2010
Aneh, Danau Berwarna Merah di Pagaralam
Warga Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, Sabtu (4/12/2010), menemukan danau yang permukaan airnya berwarna merah dengan luas 6 hektar di perbatasan Provinsi Bengkulu atau sekitar bukit Raje Mandare.
Keberadaan danau ini juga baru dapat dijangkau dalam waktu sekitar dua hari dengan berjalan kaki melewati kawasan hutan dan bukit Rimbacandi, Kelurahan Candi Jaya, Kecamatan Dempo Selatan.
"Kami bersama rombongan 21 orang, termasuk dua paranormal, melakukan ekspedisi di kawasan Rimbacandi dengan menelusuri tebing, hutan, dan perbukitan selama dua hari baru sampai di lokasi danau merah tersebut," kata Kasmidi, warga setempat, di Pagar Alam.
Letak danau itu di sekitar perbukitan Raje Mandare, di perbatasan antara Kota Pagar Alam dan Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, yang terkenal dengan banyak simpanan sejumlah peninggalan bersejarah, termasuk candi.
Menurut dia, di daerah itu memang banyak hal yang aneh bisa ditemukan.
Selain ditemukan danau dengan permukaan air berwarna merah, di hutan Raje Mandare di perbatasan Bengkulu-Sumatera Selatan ini diketahui banyak keanehan.
Menurut Kasmidi, danau merah itu sendiri juga aneh, setidaknya menurut pengetahuannya. Sebab, meskipun airnya terlihat berwarna merah, tetapi kalau diciduk pakai tangan atau gayung, airnya terlihat biasa saja. Bening dan jernih.
Keanehan lain, kata Kasmidi, ada satu lokasi tak jauh dari danau yang menimbulkan aroma pandan bila malam hari. Hal itu tidak ditemukan pada lokasi lain.
Masih cerita Kasmidi, di hutan Raje Mandare juga ada sejumlah satwa raksasa. Misalnya, kelabang dengan lebar 30 cm dan panjangnya 50 cm, burung raksasa, dan kerbau yang telinganya ada sarang lebahnya.
Yang mengherankan, pohon-pohon hutan yang tegak berdiri di atasnya pun seperti mempunyai tatanan tersendiri. Kalau tanah tempat pohon itu tumbuh masih masuk wilayah Tanah Basemah Pagar Alam, maka semua pohonnya miring ke arah Pagar Alam. Namun, kalau tempat tumbuhnya di Bengkulu, maka pohon-pohonnya miring ke arah Bengkulu pula, atau berlawanan dengan arah Pagar Alam.
Masih di daerah itu, semua jenis burung dan hewan hutannya cukup jinak, tidak takut terhadap manusia. Meski begitu, agar burung dan hewan tidak lari, pengunjung tidak boleh mengeluarkan suara atau berbicara.
"Ada hal lain yang kami temukan, seperti kelabang ukuran lebar 30 cm dan panjang 50 cm, burung raksasa, dan kerbau yang telinganya ada sarang lebah atau tawon. Namun, kami tidak tahu apa saja yang tersimpan di daerah bukit Raje Mandare itu," ungkapnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Senibudaya setempat, Syafrudin, mengatakan, daerah Rimbacandi memang masih banyak menyimpan misteri yang hingga kini belum dapat terungkap, termasuk keberadaan bukit Raje Mandare yang banyak memiliki peninggalan sejarah.
Sayangnya, pihak pemerintah setempat masih terkendala dana untuk melakukan penelitian di daerah itu. Selain itu, juga ada keterbatasan tenaga ahli. Untuk itu, diperlukan studi lebih lanjut untuk mengungkap misteri Hutan Raje Mandare.
sumber : Kompas
Keberadaan danau ini juga baru dapat dijangkau dalam waktu sekitar dua hari dengan berjalan kaki melewati kawasan hutan dan bukit Rimbacandi, Kelurahan Candi Jaya, Kecamatan Dempo Selatan.
"Kami bersama rombongan 21 orang, termasuk dua paranormal, melakukan ekspedisi di kawasan Rimbacandi dengan menelusuri tebing, hutan, dan perbukitan selama dua hari baru sampai di lokasi danau merah tersebut," kata Kasmidi, warga setempat, di Pagar Alam.
Letak danau itu di sekitar perbukitan Raje Mandare, di perbatasan antara Kota Pagar Alam dan Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, yang terkenal dengan banyak simpanan sejumlah peninggalan bersejarah, termasuk candi.
Menurut dia, di daerah itu memang banyak hal yang aneh bisa ditemukan.
Selain ditemukan danau dengan permukaan air berwarna merah, di hutan Raje Mandare di perbatasan Bengkulu-Sumatera Selatan ini diketahui banyak keanehan.
Menurut Kasmidi, danau merah itu sendiri juga aneh, setidaknya menurut pengetahuannya. Sebab, meskipun airnya terlihat berwarna merah, tetapi kalau diciduk pakai tangan atau gayung, airnya terlihat biasa saja. Bening dan jernih.
Keanehan lain, kata Kasmidi, ada satu lokasi tak jauh dari danau yang menimbulkan aroma pandan bila malam hari. Hal itu tidak ditemukan pada lokasi lain.
Masih cerita Kasmidi, di hutan Raje Mandare juga ada sejumlah satwa raksasa. Misalnya, kelabang dengan lebar 30 cm dan panjangnya 50 cm, burung raksasa, dan kerbau yang telinganya ada sarang lebahnya.
Yang mengherankan, pohon-pohon hutan yang tegak berdiri di atasnya pun seperti mempunyai tatanan tersendiri. Kalau tanah tempat pohon itu tumbuh masih masuk wilayah Tanah Basemah Pagar Alam, maka semua pohonnya miring ke arah Pagar Alam. Namun, kalau tempat tumbuhnya di Bengkulu, maka pohon-pohonnya miring ke arah Bengkulu pula, atau berlawanan dengan arah Pagar Alam.
Masih di daerah itu, semua jenis burung dan hewan hutannya cukup jinak, tidak takut terhadap manusia. Meski begitu, agar burung dan hewan tidak lari, pengunjung tidak boleh mengeluarkan suara atau berbicara.
"Ada hal lain yang kami temukan, seperti kelabang ukuran lebar 30 cm dan panjang 50 cm, burung raksasa, dan kerbau yang telinganya ada sarang lebah atau tawon. Namun, kami tidak tahu apa saja yang tersimpan di daerah bukit Raje Mandare itu," ungkapnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Senibudaya setempat, Syafrudin, mengatakan, daerah Rimbacandi memang masih banyak menyimpan misteri yang hingga kini belum dapat terungkap, termasuk keberadaan bukit Raje Mandare yang banyak memiliki peninggalan sejarah.
Sayangnya, pihak pemerintah setempat masih terkendala dana untuk melakukan penelitian di daerah itu. Selain itu, juga ada keterbatasan tenaga ahli. Untuk itu, diperlukan studi lebih lanjut untuk mengungkap misteri Hutan Raje Mandare.
sumber : Kompas
Baru Ditemukan, Air Terjun Terbesar di Pagaralam
Air terjun terbesar di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, ditemukan warga di Dusun Muara Tenang, Kelurahan Perahu Dipo, Kecamatan Pagaralam Selatan, Sumatera Selatan, dengan ketinggian 100 meter dan lebar 20 meter.
Pemantauan di lokasi, Selasa (21/12/2010), warga memberi nama air terjun itu "Ayek Kaghang". Hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota, air terjun itu berketinggian 100 meter dengan lebar 20 meter dan lokasinya berada sekitar 2 kilometer dari permukiman penduduk.
Air terjun ini masih sangat alami, di sekitarnya masih banyak terdapat pohon kayu besar dan sekitar alirannya dapat ditemukan lumut berwarna hijau.
"Memang sudah cukup banyak ditemukan air terjun, tetapi yang paling indah dan besar baru di Kelurahan Perahu Depo, Kecamatan Dempo Selatan, ini," kata Anang, salah seorang warga setempat.
Ia mengatakan, untuk menuju lokasi air terjun, memang harus melewati hutan belantara dan alur sungai sehingga butuh waktu sekitar dua jam.
Karena baru ditemukan, kata dia, air terjun ini belum memiliki jalan akses dan kemudian di sekitarnya masih dikelilingi hutan lebat dan bukit terjal.
Masih cukup banyak tumbuh-tumbuhan alami di sekitar air terjun seperti keladi, rumput gajah, dan beberapa jenis kayu yang biasanya hidup di kawasan hutan lindung.
Menurut Anang, keindahan pesona alam ini semakin terasa saat air yang jatuh berwarna putih mengempas bebatuan sehingga menimbulkan embun dan percikan yang begitu terasa sejuk jika menyentuh badan.
Hal senada juga diungkapkan Irik, warga lain, air terjun "Ayek Kaghang" tersebut sangat indah dan masih alami, tetapi kondisi jalan menuju lokasi sangat terjal dan melewati tebing curam sehingga warga jarang mendatanginya.
"Mengingat masih berada di kawasan hutan alami, ada kesan air terjun itu sedikit angker, sehingga warga sangat jarang mengujunginya," ungkap Anang.
"Mengingat akses jalan menuju air terjun 'Ayek Kaghang' tersebut belum ada, kami mengharapkan kepada pemerintah untuk membangun akses jalan menuju kelokasi ini. Dengan dikembangkanya air terjun tersebut, mungkin dapat meningkatkan pariwisata di Pagaralam ini," ujar Anang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Pagaralam Safrudin mengatakan, memang sudah banyak ditemukan air terjun di Pagaralam setidaknya pada 32 lokasi dan penemuan yang memiliki luas 20 meter itu tentunya cukup luar biasa dan merupakan air terjun terbesar di Pagaralam.
Penemuan ini tentunya akan menambah koleksi lokasi wisata air terjun dan ke depan akan menjadi proritas bagi pemerintah untuk melakukan pembangunan jalan akses menuju lokasi wisata itu.
sumber : kompas
Pemantauan di lokasi, Selasa (21/12/2010), warga memberi nama air terjun itu "Ayek Kaghang". Hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota, air terjun itu berketinggian 100 meter dengan lebar 20 meter dan lokasinya berada sekitar 2 kilometer dari permukiman penduduk.
Air terjun ini masih sangat alami, di sekitarnya masih banyak terdapat pohon kayu besar dan sekitar alirannya dapat ditemukan lumut berwarna hijau.
"Memang sudah cukup banyak ditemukan air terjun, tetapi yang paling indah dan besar baru di Kelurahan Perahu Depo, Kecamatan Dempo Selatan, ini," kata Anang, salah seorang warga setempat.
Ia mengatakan, untuk menuju lokasi air terjun, memang harus melewati hutan belantara dan alur sungai sehingga butuh waktu sekitar dua jam.
Karena baru ditemukan, kata dia, air terjun ini belum memiliki jalan akses dan kemudian di sekitarnya masih dikelilingi hutan lebat dan bukit terjal.
Masih cukup banyak tumbuh-tumbuhan alami di sekitar air terjun seperti keladi, rumput gajah, dan beberapa jenis kayu yang biasanya hidup di kawasan hutan lindung.
Menurut Anang, keindahan pesona alam ini semakin terasa saat air yang jatuh berwarna putih mengempas bebatuan sehingga menimbulkan embun dan percikan yang begitu terasa sejuk jika menyentuh badan.
Hal senada juga diungkapkan Irik, warga lain, air terjun "Ayek Kaghang" tersebut sangat indah dan masih alami, tetapi kondisi jalan menuju lokasi sangat terjal dan melewati tebing curam sehingga warga jarang mendatanginya.
"Mengingat masih berada di kawasan hutan alami, ada kesan air terjun itu sedikit angker, sehingga warga sangat jarang mengujunginya," ungkap Anang.
"Mengingat akses jalan menuju air terjun 'Ayek Kaghang' tersebut belum ada, kami mengharapkan kepada pemerintah untuk membangun akses jalan menuju kelokasi ini. Dengan dikembangkanya air terjun tersebut, mungkin dapat meningkatkan pariwisata di Pagaralam ini," ujar Anang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Pagaralam Safrudin mengatakan, memang sudah banyak ditemukan air terjun di Pagaralam setidaknya pada 32 lokasi dan penemuan yang memiliki luas 20 meter itu tentunya cukup luar biasa dan merupakan air terjun terbesar di Pagaralam.
Penemuan ini tentunya akan menambah koleksi lokasi wisata air terjun dan ke depan akan menjadi proritas bagi pemerintah untuk melakukan pembangunan jalan akses menuju lokasi wisata itu.
sumber : kompas
Minggu, 19 Desember 2010
Jalur Pendakian Gunung Ceremai melalui Palutungan, Kuningan
Gunung Ceremai ini berada di Propinsi Jawa Barat, berada di perbatasan 3 kabupaten, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon, Gunung ini merupakan Gunung tertinggi di Jawa Barat
Langganan:
Postingan (Atom)